Senin, 01 September 2014

Tulisan yang diikutkan Lomba Mengarang Travel Mag- about Love and Travel

Oase yang Menyegarkan

            Dayanti sibuk mengetik di laptopnya di sebuah lounge yang disediakan kartu kredit yang dimilikinya sambil menunggu jam keberangkatannya menuju Semarang.
Dia sudah mengikat janji dengan beberapa teman SMAnya untuk reuni dan menghilangkan kepenatan dan kejenuhan bekerja dengan liburan ke daerah Semarang.
Dayanti menghirup kopi di samping mejanya dan mencamil croissant yang terletak di sebelahnya lalu melanjutkan mengetik  dokumen terjemahan yang harus diserahkan hari ini ke Pak Rusli, kliennya.
            Sejak berhenti dari pekerjaannya sebagai sekretaris sebuah perusahaan sebulan yang lalu, Dayanti memutuskan menjadi freelance penerjemah bahasa yang sudah lama ingin digelutinya setelah 10 tahun bekerja.
Dayanti beranjak dari kursinya karena dia merasakan pega di seluruh badannya setelah duduk hampir selama 1  jam sementara keberangkatan pesawatnya masih 1 jam lagi. Dayanti memutuskan untuk berangkat awal karena dia tidak mau terlibat kemacetan Jakarta di pagi hari apalagi letak rumahnya yang lumayan jauh dari Bekasi ke Cengkareng.

" Duk" tanpa sengaja bahu Dayanti menabrak bahu seseorang ." Aduh, maaf ya " Dayanti mendongakkan kepalanya dan melihat sesosok pria tinggi yang berwajah menarik.
" Ngak apa  apak kok Mbak, salah saya juga tidak melihat anda." Dengan seulas senyum menghias di bibirnya dia menenangkan Dayanti.
Dengan mengangukkan kepala terimakasih, Dayanti melanjutkan berjalan sekitar ruangan tersebut.
Namun tak beberapa lama, dia merasakan tepukan di pundaknya.
" Maaf Mbak, tadi anda tak sengaja menjatuhkan bulpen ini" suara di belakangnya menyapa ramah.
Dayanti menoleh dan mendapatkan wajah pria ramah tadi ." Wah, terimakasih sekali ya Mas."
" Lha Dayanti, tho, masih ingat aku ndak?" tanya pria itu lagi.
"Siapa ya? Maaf saya sedikit lupa." jawab Dayanti sambil mengamat amati wajah pria tersebut, berusaha mengingat sesuatu.
"Bagas, III SOS , SMA Kebangsaan" jawab pria tersebut.
"O, halo, apa kabar." Dayanti menjawab basa basi karena sesungguhnya dia tidak ingat pria tersebut.
" Maaf, saya musti mengerjakan sesuatu lagi." jawab Dayanti acuh
Kemudian Dayanti kembali ke tempat duduknya dan segera mengemasi laptop dan bahan bahan ketikannya tadi. Dia tidak mau berlama lama di lounge itu tadi karena kejadian barusan.
Melihat reaksi Dayanti yang begitu hati hati, Bagas tersenyum, "Apa dia pikir aku pencuri atau penipu" berpikir seperti itu sambil mengeleng gelengkan kepalanya.
Dayanti sempat melihat reaksi Bagas tersebut namun dia melanjutkan aktivitas berbenahnya tadi. Dayanti dengan cepat berjalan ke arah pintu sementara dengan ujung matanya , Bagas mengamati kepergian Dayanti.

            Setelah pergi meninggalkan lounge tersebut, Dayanti memutukan untuk segera menuju ruang boarding karena menurutnya lebih nyaman disana dan dia tidak mau ketinggalan pesawat hanya karena pekerjaan yang dilakukannya.
Setelah melakukan pengecekan dengan petugas boarding, Dayanti mencari tempat duduk yang kosong di ruang tunggu boarding maskapai penerbangan yang telah dipesannya. Keadaan saat itu cukup ramai, tapi beruntung Dayanti menempati tempat duduk di samping jendela. Dari situ kelihatan pesawat pesawat yang saat itu sedang berada di landasan .
Setelah merasa nyaman, Dayanti kemudian membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaan tadi yang sempat tertunda.
Setengah jam telah berlalu, dan kemudian petugas boarding mengumumkan bahwa penerbangan ke Semarang segera boarding.
Dengan mengantri bersama dengan penumpang lain, dia bergegas menuju pesawat yang akan membawanya ke Semarang.
***
            Dayanti bersama teman- teman SMAnya sedang asyik mendengarkan cerita dari pemandu wisata dari Gedung Lawang Sewu sambil berkeliling memutari area tersebut.
            "Gedung Lawang Sewu dibangun pada jaman Belada dan digunakan sebagai Kantor Dinas Kereta Api. Lawang Sewu dalam bahasa Jawa artinya Pintu Seribu. Bangunan ini dibuat mempunyai banyak pintu, jendela serta ventilasi supaya ruangan terasa sejuk karena kita tahu udara Semarang yang kering panas ." kata Pak Rohim sang guide.
"Jaman dulu nggak ada AC , ya Pak" celetuk Nina, salah satu teman Dayanti.
" Iya Mbak, nah sekarang kita sudah sampai ke lantai dua, boleh dilihat kalau disini banyak pintu karena sebagai penghubung antar bagian. Lihat, semua pintunya sejajar sehingga tampak artistik sekali." lanjut Pak Rohim.
" Hayoo, mari ambil foto , bagus sekali nanti hasilnya" ajak Pak Rohim.
Setelah berfoto, mereka melanjutkan perjalanan mengelilingi Lawang Sewu sampai tingkat atas yang dipergunakan sebagai tempat pembuangan udara dan Dayanti merasakan udara sangat panas disitu.
            Ketika mereka turun, tidak sengaja Dayanti melihat sosok yang dikenalnya, Bagas. Namun dia berusaha menghindari Bagas namun ternyata Bagas sudah melihatnya terlebih dahulu.
            "Halo, ketemu disini lagi " sapa Bagas ramah.
Melihat Bagas, teman teman Dayanti tersenyum senyum, dan berkata pada Pak Rohim," Pak, ayo kita lanjut ke ruangan lain, biar Dayanti disini dulu. Ada temannya tuh." ajak Farah sambil turun tangga. Dayanti hanya terdiam saja melihat reaksi teman temannya, dia hanya terpesona melihat mata Bagas , yang dari dekat begitu hijau dan teduh.
"Kamu benar Dayanti kan, mantan Sekolah Kebangsaan" Bagas memecahkan keheningan "Kamu lupa dengaku ya? Dulu, kita sekelas sejak kelas 2 IPS." sambil menjulurkan tangannya." Dayanti hanya tertegun tapi celetukan orang di belakangya menyadarkannya" Maaf ya, kita mau turun nih." Bagas yang melihat situasi itu , tanpa segan menarik tangan Dayanti dan menariknya kembali ke ruangan atas" Hayoo, kita menghalangi jalan orang, menyingkir dulu saja." Tanpa sadar, Dayanti mengikuti Bagas.
            "Dayanti, sudah ingat dengan aku belum. Aku dulu sekelas dengan kamu sejak kelas 2" kata Bagas ramah.
            Dayanti merutuki dalam hatinya kenapa dia mengikuti saja pria yang tidak begitu dikenalnya ini." Aduh, maaf sekali, saya benar benar tidak ingat. Sepertinya anda salah orang."
            " Tapi, namamu Dayanti kan? Aku yakin ini Dayanti , temanku yang baik hati , kamu senang sekali membagi bagikan makanan dengan teman teman sekelasmu dulu." sergah Bagas.
            " Entah kenapa, beberapa hari ini, aku seolah olah teringat dengan kamu, dan selalu teringat kejadian kamu menolong aku ketika aku tertabrak motor depan sekolah." kenang Bagas.
Setelah mendengar perkataan Bagas tadi, Dayanti baru teringat sosok pria yang ada di depannya.
            "Ya…..aku ingat. Wah, muka dan perawakannmu berubah banyak. Mukamu dulu tidak seperti ini dan perawakanmu juga kurus sih." Dayanti mulai bersikap ramah, dia teringat bahwa menurut teman temannya, Bagas menaruh hati kepadanya waktu di SMA.
            " Wah, senang aku mendengarnya, kalau kamu sudah ingat aku. Mungkin, kamu mengira aku penipu seperti waktu di Bandara kemarin . " Bagas tersenyum simpul, dengan kerut muka yang sungguh menggemaskan Dayanti.
Dayanti mengeleng gelengkan kepalanya untuk mengusir pesona Bagas yang sesaat dirasakannya " Turun yuk, Bagas, terlalu lama disini membuat aku kepanasan, dan aku juga mesti mencari teman temanku." ajak Dayanti.Kemudian, mereka berdua turun ke halaman Lawang Sewu dan menunggu teman teman Dayanti di bangku di pelataran Lawang Sewu.
"Sebentar ya, aku mau menelpon teman temanku dulu." Dayanti mengambil telponnya dan menelpon Farah. Ternyata Farah dan teman teman yang lain sudah kembali ke hotel tempat mereka menginap dan meminta Dayanti untuk menyusulnya kalau urusan di Lawang Sewu sudah selesai.
"Kenapa sih, kalian meninggalkan aku tadi." Dayanti agak gusar
" Maaf, sebab perutku dan Nina nggak enak, mungkin karena tadi pagi kita sarapan pecel, jadi perut kami berontak. Toh, tadi dikau ketemu temanmu tadi. Aman pasti." jawab Farah, tapi samar samar Dayanti mendengar suara cekikikan teman temannya yang lain.
" Kenapa yang lain pada tertawa tertiwi di belakang Farah" Dayanti sempat curiga
"Nggak apa apa kok." Farah menjawab " Udah dulu ya, perutku kumat lagi nih.
Bye" segera pembicaraan terputus.
" Wah, ternyata teman temanku sudah pulang, padahal aku masih ingin mengunjungi Masjid Agung Semarang." Dayanti mengeluh
Bagas yang duduk di sebelah Dayanti mendengar keluhan tersebut," Hei, kebetulan, aku juga mau ke sana. Kita berangkat bersama yuk."
Dayanti terkejut mendengar perkataan Bagas ." Lho, memang kamu ndak sibuk? Sebenarnya, kamu ngikutin aku ya?"
Bagas tersenyum kecil," Kebetulan, aku sedang diserahi tugas meliput obyek wisata di Semarang untuk suatu majalah Travel and Living. Dan kebetulan Lawang Sewu dan Masjid Agung Semarang termasuk obyek wisata yang akan aku tulis.
Dalam hati Dayanti merutuki tuduhannya tadi dan dengan sedikit malu hati.
"Ayo, jalan ke sini. Aku memarkir mobil sewaanku di luar tadi." celetuk Bagas membuyarkan lamunan Dayanti. Tanpa segan, Bagas menarik tangan Dayanti dan tidak melepaskannya sampai mereka tiba di mobil.
Dayanti sedikit terharu melihat Bagas membukakan pintu untuknya setelah itu dengan cepat Bagas masuk ke mobil dan ketika melihat sabuk pengaman Dayanti belum terpasang, secara tak terduga dia membuat gerakan menarik sabuk tersebut dan memasangkannya pada Dayanti.
Dayanti sempat tercekat dan merasakan jantungnya sempat berdebar diperlakukan seperti itu, tapi dia berusaha mengusir pesona Bagas " Mungkin, karena aku merasa kesepian aja sejak ditinggalkan Bayu." untuk menenangkan hatinya.
           
            Sepanjang perjalanan, Dayanti dan Bagas hanya terdiam seolah masing-masing asyik dengan diri mereka sendiri. Walau sebenarnya, Bagas dan Dayanti tidak tahu harus berbuat apa setelah bertemu kembali setelah sekian lama.
Bagas berusaha menahan perasaaanya untuk tidak memeluk dengan rasa rindu gadis di sampingnya yang sudah menjadi idamannya sejak SMA.
Dayanti sendiri berusaha untuk tidak terlalu mengacuhkan Bagas karena ternyata teman SMAnya tersebut sudah berubah menjadi pria berpesona kuat.
Tak lama, sampailah mereka di halaman tersebut dan setelah Bagas memparkirkan mobil di halaman Masjid yang lenggang, sekali lagi Bagas membukakan sabuk pengaman Dayanti dan membukakan pintu mobil tersebut dari dalam. Dayanti sempat mencium rambut Bagas sesaat dan hal tersebut semakin membuat jantungnya berdebar debar.

            Mereka berdua berjalan beriringan memasuki pintu museum masjid dan disambut 3 orang petugas museum yang ramah yang mengucapkan selamat siang kepada pasangan muda mudi tersebut. Setelah membayar tiket masuk , petugas mempersilahkan mereka untuk naik ke lantai 2 dengan lift sambil menjelaskan " Maaf , karena ini hari biasa restoran dan museum tidak dibuka, karena sedang dibersihkan, tapi bisa lihat pemandangan dari lantai 19, dan dengan membayar Rp.1.000,- koin, bisa mempergunakan teropong yang ada di sana selama 1 menit. Oya, bisa tukarkan koin nanti pada petugas di sana"
Setelah berterimakasih kepada petugas tersebut, mereka keluar dari lift dan setelah menukarkan uang koin, mereka menuju ke tempat teropong terdekat pertama.
" Wow, bagus sekali, kelihatan jelas." kata Bagas ketika melihat dengan teropong ke arah pemandangan sekitar masjid.
Bagas menarik tangan Dayanti dan mendekatkan wajah Dayanti ke teropong." Hayoo, sini lihat, sekitar Semarang terlihat jelas."
Dan benar seperti kata Bagas, pemandangan dari atas menara tersebut terlihat jelas, namun Dayanti terkejut ketika Bagas mendekati dirinya " Ini, aku masukkan lagi koinnya, biar tidak terputus melihatnya." dengan santai dan tenang , pria tersebut memasukkan koin di lubang samping teropong.
Bagas sibuk memotret motret dengan kamera SLR yang dibawanya , kemudian dengan tiba tiba, Bagas terpukau melihat pose Dayanti yang berdiri di pinggiran pagar pembatas menara tersebut sementara angin menghembuskan rambut dan syal gadis itu. Segera, dia memotret pose Dayanti tersebut dan ketika Dayanti menoleh kepadanya, dengan gugup  Bagas cepat cepat mengalihkan kameranya ke arah lain.
" Bagaimana Dayanti, mau turun untuk melihat pemandangan di sekitar masjid?." tanya Bagas lembut.
Dayanti menggelengkan kepalanya." Aku masih mau disini dulu, pemandangannya bagus sekali. Nggak papa kan?"
Bagas hanya menganggukan kepala dan seperti terbius, dia mendekati tempat Dayanti berdiri.
Dayanti tidak begitu memperhatikan langkah Bagas karena dia sendiri asyik memotret pemandangan dari atas tesebut dengan  smartphone yang dimilikinya.
            Tersadar oleh hembusan nafas Bagas yang begitu dekat, Dayanti menoleh dan merasakan pipinya memerah dan melihat pandangan mata Bagas yang begitu dekat dengan wajahnya.
            "Dayanti, aku tidak bisa menahan lagi perasaanku sejak bertemu kembali di Bandara kemarin. Maukah kamu menemani perjalananku seumur hidupku." Bagas berkata sambil meraih dan mengengam tangan Dayanti.
Dayanti tercekat dan gugup melihat serangan Bagas tiba tiba, dalam hati dia mensyukuri bahwa di menara tersebut hanya ada 5 orang termasuk mereka.
Hatinya berdebar cepat dan tanpa sadar, dia menganggukan kepala lemah kepada pria tersebut.
Namun , ketika sadar, dengan cepat Dayanti mengeleng gelengkan kepalanya. Melihat perubahan sikap Dayanti tersebut, Bagas menjadi bingung.
" Kenapa Dayanti? Kamu berubah sikap?" cetus Bagas dengan ekspresi bingung tanpa melepaskan gengaman tangannya.
"Bagas, maaf tadi aku sempat terlena olehmu, tapi kurasa kita tidak bisa begitu cepat memutuskan untuk menikah karena pertemuan sesaat tadi" sergah Dayanti
Bagas tersenyum lebar " Dayanti, aku tidak meminta untuk menikah sekarang, sudah pasti kita jalanin kebersamaan kita pelan pelan. Aku sudah tertarik dan mencintaimu sejak di bangku SMA dan hal tersebut menjadi satu kekalahan aku selama ini dan membuat aku selalu berpikir ulang untuk menikahi beberapa gadis yang telah menemaniku selama ini. Karena , kamu selalu membayang bayangi hubungan yang aku jalin. "
Dayanti terkejut mendengar perkataan Bagas tersebut namun sebelum dia sempat menjawab, Bagas menaruh telunjuknya di bibir Dayanti" Dengarkan, ini bukan salahmu tapi aku memang tidak mantap dengan pasangan aku selama ini, dan seminggu yang lalu, Farah sempat bertemu dengan aku dan mengatakan bahwa kalian hendak ke Semarang yang jadwalnya sama dengan liputanku.  Namun sesungguhnya, pertemuan kita di Bandara dan juga di Semarang adalah jawaban atas doa doaku selama ini. Aku memang ditakdirkan untukmu."
Mendengar jawaban Bagas yang terasa menyejukkan hatinya dan begitu puitis di telinganya, sambil menarik telunjuk Bagas dari bibirnya " Jadi..Farah…Aku….kalau …ya sudah, kita jalani dulu saja, tapi jangan membebani aku dengan perasaanmu yang begitu dalam."sambil tergagap karena melihat kedalaman mata Bagas yang terasa seperti Oase yang memberi kedamaian.
Kemudian Dayanti menarik tangannya dari Bagas dan menaruh di dadanya seolah ingin meredakan gemuruh jantungnya.
            Bagas malah menarik Dayanti dan merengkuh bahunya dan mencium kening gadis tersebut ." Terimakasih Dayanti. Terimakasih untuk menerima diriku ini."

       +++++++++++++++++++++++++++Tamat+++++++++++++++++++++++++++
           



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar