Oase yang Menyegarkan
Dayanti sibuk mengetik di laptopnya
di sebuah lounge yang disediakan kartu kredit yang dimilikinya sambil menunggu
jam keberangkatannya menuju Semarang.
Dia sudah
mengikat janji dengan beberapa teman SMAnya untuk reuni dan menghilangkan
kepenatan dan kejenuhan bekerja dengan liburan ke daerah Semarang.
Dayanti
menghirup kopi di samping mejanya dan mencamil croissant yang terletak di
sebelahnya lalu melanjutkan mengetik
dokumen terjemahan yang harus diserahkan hari ini ke Pak Rusli,
kliennya.
Sejak berhenti dari pekerjaannya
sebagai sekretaris sebuah perusahaan sebulan yang lalu, Dayanti memutuskan
menjadi freelance penerjemah bahasa yang sudah lama ingin digelutinya setelah
10 tahun bekerja.
Dayanti beranjak
dari kursinya karena dia merasakan pega di seluruh badannya setelah duduk
hampir selama 1 jam sementara
keberangkatan pesawatnya masih 1 jam lagi. Dayanti memutuskan untuk berangkat
awal karena dia tidak mau terlibat kemacetan Jakarta di pagi hari apalagi letak rumahnya
yang lumayan jauh dari Bekasi ke Cengkareng.
" Duk"
tanpa sengaja bahu Dayanti menabrak bahu seseorang ." Aduh, maaf ya "
Dayanti mendongakkan kepalanya dan melihat sesosok pria tinggi yang berwajah
menarik.
" Ngak
apa apak kok Mbak, salah saya juga tidak
melihat anda." Dengan seulas senyum menghias di bibirnya dia menenangkan
Dayanti.
Dengan
mengangukkan kepala terimakasih, Dayanti melanjutkan berjalan sekitar ruangan
tersebut.
Namun tak
beberapa lama, dia merasakan tepukan di pundaknya.
" Maaf
Mbak, tadi anda tak sengaja menjatuhkan bulpen ini" suara di belakangnya
menyapa ramah.
Dayanti menoleh
dan mendapatkan wajah pria ramah tadi ." Wah, terimakasih sekali ya
Mas."
" Lha
Dayanti, tho, masih ingat aku ndak?" tanya pria itu lagi.
"Siapa ya?
Maaf saya sedikit lupa." jawab Dayanti sambil mengamat amati wajah pria
tersebut, berusaha mengingat sesuatu.
"Bagas, III
SOS , SMA Kebangsaan" jawab pria tersebut.
"O, halo,
apa kabar." Dayanti menjawab basa basi karena sesungguhnya dia tidak ingat
pria tersebut.
" Maaf,
saya musti mengerjakan sesuatu lagi." jawab Dayanti acuh
Kemudian Dayanti
kembali ke tempat duduknya dan segera mengemasi laptop dan bahan bahan
ketikannya tadi. Dia tidak mau berlama lama di lounge itu tadi karena kejadian
barusan.
Melihat reaksi
Dayanti yang begitu hati hati, Bagas tersenyum, "Apa dia pikir aku pencuri
atau penipu" berpikir seperti itu sambil mengeleng gelengkan kepalanya.
Dayanti sempat
melihat reaksi Bagas tersebut namun dia melanjutkan aktivitas berbenahnya tadi.
Dayanti dengan cepat berjalan ke arah pintu sementara dengan ujung matanya ,
Bagas mengamati kepergian Dayanti.
Setelah pergi meninggalkan lounge
tersebut, Dayanti memutukan untuk segera menuju ruang boarding karena
menurutnya lebih nyaman disana dan dia tidak mau ketinggalan pesawat hanya
karena pekerjaan yang dilakukannya.
Setelah
melakukan pengecekan dengan petugas boarding, Dayanti mencari tempat duduk yang
kosong di ruang tunggu boarding maskapai penerbangan yang telah dipesannya.
Keadaan saat itu cukup ramai, tapi beruntung Dayanti menempati tempat duduk di
samping jendela. Dari situ kelihatan pesawat pesawat yang saat itu sedang
berada di landasan .
Setelah merasa
nyaman, Dayanti kemudian membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaan tadi yang
sempat tertunda.
Setengah jam
telah berlalu, dan kemudian petugas boarding mengumumkan bahwa penerbangan ke Semarang segera boarding.
Dengan mengantri
bersama dengan penumpang lain, dia bergegas menuju pesawat yang akan membawanya
ke Semarang.
***
Dayanti
bersama teman- teman SMAnya sedang asyik mendengarkan cerita dari pemandu
wisata dari Gedung Lawang Sewu sambil berkeliling memutari area tersebut.
"Gedung
Lawang Sewu dibangun pada jaman Belada dan digunakan sebagai Kantor Dinas
Kereta Api. Lawang Sewu dalam bahasa Jawa artinya Pintu Seribu. Bangunan ini
dibuat mempunyai banyak pintu, jendela serta ventilasi supaya ruangan terasa
sejuk karena kita tahu udara Semarang
yang kering panas ." kata Pak Rohim sang guide.
"Jaman dulu nggak ada AC , ya
Pak" celetuk Nina, salah satu teman Dayanti.
" Iya Mbak, nah sekarang kita
sudah sampai ke lantai dua, boleh dilihat kalau disini banyak pintu karena
sebagai penghubung antar bagian. Lihat, semua pintunya sejajar sehingga tampak
artistik sekali." lanjut Pak Rohim.
" Hayoo,
mari ambil foto , bagus sekali nanti hasilnya" ajak Pak Rohim.
Setelah berfoto,
mereka melanjutkan perjalanan mengelilingi Lawang Sewu sampai tingkat atas yang
dipergunakan sebagai tempat pembuangan udara dan Dayanti merasakan udara sangat
panas disitu.
Ketika mereka turun, tidak sengaja
Dayanti melihat sosok yang dikenalnya, Bagas. Namun dia berusaha menghindari
Bagas namun ternyata Bagas sudah melihatnya terlebih dahulu.
"Halo, ketemu disini lagi
" sapa Bagas ramah.
Melihat Bagas,
teman teman Dayanti tersenyum senyum, dan berkata pada Pak Rohim," Pak,
ayo kita lanjut ke ruangan lain, biar Dayanti disini dulu. Ada temannya tuh." ajak Farah sambil
turun tangga. Dayanti hanya terdiam saja melihat reaksi teman temannya, dia
hanya terpesona melihat mata Bagas , yang dari dekat begitu hijau dan teduh.
"Kamu benar
Dayanti kan,
mantan Sekolah Kebangsaan" Bagas memecahkan keheningan "Kamu lupa
dengaku ya? Dulu, kita sekelas sejak kelas 2 IPS." sambil menjulurkan
tangannya." Dayanti hanya tertegun tapi celetukan orang di belakangya
menyadarkannya" Maaf ya, kita mau turun nih." Bagas yang melihat
situasi itu , tanpa segan menarik tangan Dayanti dan menariknya kembali ke
ruangan atas" Hayoo, kita menghalangi jalan orang, menyingkir dulu
saja." Tanpa sadar, Dayanti mengikuti Bagas.
"Dayanti, sudah ingat dengan
aku belum. Aku dulu sekelas dengan kamu sejak kelas 2" kata Bagas ramah.
Dayanti merutuki dalam hatinya
kenapa dia mengikuti saja pria yang tidak begitu dikenalnya ini." Aduh,
maaf sekali, saya benar benar tidak ingat. Sepertinya anda salah orang."
" Tapi, namamu Dayanti kan? Aku yakin ini
Dayanti , temanku yang baik hati , kamu senang sekali membagi bagikan makanan
dengan teman teman sekelasmu dulu." sergah Bagas.
" Entah kenapa, beberapa hari
ini, aku seolah olah teringat dengan kamu, dan selalu teringat kejadian kamu
menolong aku ketika aku tertabrak motor depan sekolah." kenang Bagas.
Setelah
mendengar perkataan Bagas tadi, Dayanti baru teringat sosok pria yang ada di
depannya.
"Ya…..aku ingat. Wah, muka dan
perawakannmu berubah banyak. Mukamu dulu tidak seperti ini dan perawakanmu juga
kurus sih." Dayanti mulai bersikap ramah, dia teringat bahwa menurut teman
temannya, Bagas menaruh hati kepadanya waktu di SMA.
" Wah, senang aku mendengarnya,
kalau kamu sudah ingat aku. Mungkin, kamu mengira aku penipu seperti waktu di
Bandara kemarin . " Bagas tersenyum simpul, dengan kerut muka yang sungguh
menggemaskan Dayanti.
Dayanti
mengeleng gelengkan kepalanya untuk mengusir pesona Bagas yang sesaat
dirasakannya " Turun yuk, Bagas, terlalu lama disini membuat aku kepanasan,
dan aku juga mesti mencari teman temanku." ajak Dayanti.Kemudian, mereka
berdua turun ke halaman Lawang Sewu dan menunggu teman teman Dayanti di bangku
di pelataran Lawang Sewu.
"Sebentar
ya, aku mau menelpon teman temanku dulu." Dayanti mengambil telponnya dan
menelpon Farah. Ternyata Farah dan teman teman yang lain sudah kembali ke hotel
tempat mereka menginap dan meminta Dayanti untuk menyusulnya kalau urusan di
Lawang Sewu sudah selesai.
"Kenapa
sih, kalian meninggalkan aku tadi." Dayanti agak gusar
" Maaf, sebab
perutku dan Nina nggak enak, mungkin karena tadi pagi kita sarapan pecel, jadi
perut kami berontak. Toh, tadi dikau ketemu temanmu tadi. Aman pasti."
jawab Farah, tapi samar samar Dayanti mendengar suara cekikikan teman temannya
yang lain.
" Kenapa
yang lain pada tertawa tertiwi di belakang Farah" Dayanti sempat curiga
"Nggak apa
apa kok." Farah menjawab " Udah dulu ya, perutku kumat lagi nih.
Bye" segera pembicaraan terputus.
" Wah,
ternyata teman temanku sudah pulang, padahal aku masih ingin mengunjungi Masjid
Agung Semarang." Dayanti mengeluh
Bagas yang duduk
di sebelah Dayanti mendengar keluhan tersebut," Hei, kebetulan, aku juga
mau ke sana.
Kita berangkat bersama yuk."
Dayanti terkejut
mendengar perkataan Bagas ." Lho, memang kamu ndak sibuk? Sebenarnya, kamu
ngikutin aku ya?"
Bagas tersenyum
kecil," Kebetulan, aku sedang diserahi tugas meliput obyek wisata di Semarang untuk suatu
majalah Travel and Living. Dan kebetulan Lawang Sewu dan Masjid Agung Semarang
termasuk obyek wisata yang akan aku tulis.
Dalam hati
Dayanti merutuki tuduhannya tadi dan dengan sedikit malu hati.
"Ayo, jalan
ke sini. Aku memarkir mobil sewaanku di luar tadi." celetuk Bagas
membuyarkan lamunan Dayanti. Tanpa segan, Bagas menarik tangan Dayanti dan
tidak melepaskannya sampai mereka tiba di mobil.
Dayanti sedikit
terharu melihat Bagas membukakan pintu untuknya setelah itu dengan cepat Bagas
masuk ke mobil dan ketika melihat sabuk pengaman Dayanti belum terpasang,
secara tak terduga dia membuat gerakan menarik sabuk tersebut dan
memasangkannya pada Dayanti.
Dayanti sempat
tercekat dan merasakan jantungnya sempat berdebar diperlakukan seperti itu,
tapi dia berusaha mengusir pesona Bagas " Mungkin, karena aku merasa
kesepian aja sejak ditinggalkan Bayu." untuk menenangkan hatinya.
Sepanjang perjalanan, Dayanti dan
Bagas hanya terdiam seolah masing-masing asyik dengan diri mereka sendiri.
Walau sebenarnya, Bagas dan Dayanti tidak tahu harus berbuat apa setelah
bertemu kembali setelah sekian lama.
Bagas berusaha
menahan perasaaanya untuk tidak memeluk dengan rasa rindu gadis di sampingnya
yang sudah menjadi idamannya sejak SMA.
Dayanti sendiri
berusaha untuk tidak terlalu mengacuhkan Bagas karena ternyata teman SMAnya
tersebut sudah berubah menjadi pria berpesona kuat.
Tak lama,
sampailah mereka di halaman tersebut dan setelah Bagas memparkirkan mobil di
halaman Masjid yang lenggang, sekali lagi Bagas membukakan sabuk pengaman
Dayanti dan membukakan pintu mobil tersebut dari dalam. Dayanti sempat mencium
rambut Bagas sesaat dan hal tersebut semakin membuat jantungnya berdebar debar.
Mereka berdua berjalan beriringan
memasuki pintu museum masjid dan disambut 3 orang petugas museum yang ramah
yang mengucapkan selamat siang kepada pasangan muda mudi tersebut. Setelah
membayar tiket masuk , petugas mempersilahkan mereka untuk naik ke lantai 2
dengan lift sambil menjelaskan " Maaf , karena ini hari biasa restoran dan
museum tidak dibuka, karena sedang dibersihkan, tapi bisa lihat pemandangan
dari lantai 19, dan dengan membayar Rp.1.000,- koin, bisa mempergunakan
teropong yang ada di sana
selama 1 menit. Oya, bisa tukarkan koin nanti pada petugas di sana"
Setelah
berterimakasih kepada petugas tersebut, mereka keluar dari lift dan setelah
menukarkan uang koin, mereka menuju ke tempat teropong terdekat pertama.
" Wow,
bagus sekali, kelihatan jelas." kata Bagas ketika melihat dengan teropong
ke arah pemandangan sekitar masjid.
Bagas menarik
tangan Dayanti dan mendekatkan wajah Dayanti ke teropong." Hayoo, sini
lihat, sekitar Semarang
terlihat jelas."
Dan benar
seperti kata Bagas, pemandangan dari atas menara tersebut terlihat jelas, namun
Dayanti terkejut ketika Bagas mendekati dirinya " Ini, aku masukkan lagi
koinnya, biar tidak terputus melihatnya." dengan santai dan tenang , pria
tersebut memasukkan koin di lubang samping teropong.
Bagas sibuk
memotret motret dengan kamera SLR yang dibawanya , kemudian dengan tiba tiba,
Bagas terpukau melihat pose Dayanti yang berdiri di pinggiran pagar pembatas
menara tersebut sementara angin menghembuskan rambut dan syal gadis itu.
Segera, dia memotret pose Dayanti tersebut dan ketika Dayanti menoleh
kepadanya, dengan gugup Bagas cepat
cepat mengalihkan kameranya ke arah lain.
" Bagaimana
Dayanti, mau turun untuk melihat pemandangan di sekitar masjid?." tanya
Bagas lembut.
Dayanti
menggelengkan kepalanya." Aku masih mau disini dulu, pemandangannya bagus
sekali. Nggak papa kan?"
Bagas hanya
menganggukan kepala dan seperti terbius, dia mendekati tempat Dayanti berdiri.
Dayanti tidak
begitu memperhatikan langkah Bagas karena dia sendiri asyik memotret
pemandangan dari atas tesebut dengan
smartphone yang dimilikinya.
Tersadar oleh hembusan nafas Bagas
yang begitu dekat, Dayanti menoleh dan merasakan pipinya memerah dan melihat
pandangan mata Bagas yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Dayanti, aku tidak bisa
menahan lagi perasaanku sejak bertemu kembali di Bandara kemarin. Maukah kamu
menemani perjalananku seumur hidupku." Bagas berkata sambil meraih dan mengengam
tangan Dayanti.
Dayanti tercekat
dan gugup melihat serangan Bagas tiba tiba, dalam hati dia mensyukuri bahwa di
menara tersebut hanya ada 5 orang termasuk mereka.
Hatinya berdebar
cepat dan tanpa sadar, dia menganggukan kepala lemah kepada pria tersebut.
Namun , ketika
sadar, dengan cepat Dayanti mengeleng gelengkan kepalanya. Melihat perubahan
sikap Dayanti tersebut, Bagas menjadi bingung.
" Kenapa
Dayanti? Kamu berubah sikap?" cetus Bagas dengan ekspresi bingung tanpa
melepaskan gengaman tangannya.
"Bagas,
maaf tadi aku sempat terlena olehmu, tapi kurasa kita tidak bisa begitu cepat
memutuskan untuk menikah karena pertemuan sesaat tadi" sergah Dayanti
Bagas tersenyum
lebar " Dayanti, aku tidak meminta untuk menikah sekarang, sudah pasti
kita jalanin kebersamaan kita pelan pelan. Aku sudah tertarik dan mencintaimu
sejak di bangku SMA dan hal tersebut menjadi satu kekalahan aku selama ini dan
membuat aku selalu berpikir ulang untuk menikahi beberapa gadis yang telah
menemaniku selama ini. Karena , kamu selalu membayang bayangi hubungan yang aku
jalin. "
Dayanti terkejut
mendengar perkataan Bagas tersebut namun sebelum dia sempat menjawab, Bagas
menaruh telunjuknya di bibir Dayanti" Dengarkan, ini bukan salahmu tapi
aku memang tidak mantap dengan pasangan aku selama ini, dan seminggu yang lalu,
Farah sempat bertemu dengan aku dan mengatakan bahwa kalian hendak ke Semarang yang jadwalnya
sama dengan liputanku. Namun
sesungguhnya, pertemuan kita di Bandara dan juga di Semarang adalah jawaban atas doa doaku selama
ini. Aku memang ditakdirkan untukmu."
Mendengar
jawaban Bagas yang terasa menyejukkan hatinya dan begitu puitis di telinganya,
sambil menarik telunjuk Bagas dari bibirnya " Jadi..Farah…Aku….kalau …ya
sudah, kita jalani dulu saja, tapi jangan membebani aku dengan perasaanmu yang
begitu dalam."sambil tergagap karena melihat kedalaman mata Bagas yang
terasa seperti Oase yang memberi kedamaian.
Kemudian Dayanti
menarik tangannya dari Bagas dan menaruh di dadanya seolah ingin meredakan
gemuruh jantungnya.
Bagas malah menarik Dayanti dan
merengkuh bahunya dan mencium kening gadis tersebut ." Terimakasih
Dayanti. Terimakasih untuk menerima diriku ini."
+++++++++++++++++++++++++++Tamat+++++++++++++++++++++++++++