Rabu, 08 Juli 2015

Ayah , resensi buku untuk karya Andre Hirata




Sejak buku terakhirnya, Dwilogi Padang Bulan, saya sangat menantikan buku terbaru dari Andre Hirata. Terus terang sejak membaca laskar pelangi dan serialnya, saya sudah jatuh hati dengan gaya bercerita dan tutur bahasa dan gaya penulisan dari Andre Hirata yang segar, konyol dan ceria tapi penuh dengan ilmu pengetahuan (banyak penulisan bahasa ilmiah) tapi nggak membosankan.

Saat mengetahui bahwa penerbit yang sama yaitu Bentang Pustaka menerbitkan novel terbaru dari Andre Hirata, tanpa banyak membuang waktu saya menuju toko buku dan membeli buku setebal 396 halaman ini.

Tadinya, saya mengira bahwa buku ini masih ada hubungan dari dengan Laskar Pelangi tetapi ternyata Andre memilih tokoh tokoh lain untuk ceritanya.

Tokoh utama cerita ini adalah Sabari, Marleena, Toharun, Ukun dan Tamat, Izmi dan Zuraida yang bersekolah di SMP Belitong. Adalah Sabari , lelaki yang pintar sekali dalam bahasa Indonesia dan pintar berpuisi yang jatuh cinta dengan Marleena semenjak Marleena mencontek Ulangan Bahasa Indonesia Sabari di ujian SMA. Pensil dari Marleena adalah benda berharga dari Sabari yang tidak penah ditinggalkannya. Namun malang bagi Sabari karena Marleena menolak cintanya karena Sabari bukanlah pria idamannya dengan wajah dan kelakuan yang biasa saja bagi Marleena. Walaupun begitu Sabari, ditingkahi gangguan dari Toharun, Ukun dan Tamat, tidak putus asa dalam mengejar cinta Marleena, Berkali kali ditolak tapi Sabari tidaklah pantang mundur bahkan dia malah nekat menyanyikan lagu Lionel Richie "Trully" dan mengirimkan lewat siaran radio kepada Marleena dan juga menjadi juara lomba lari Marathon agar Marleena meliriknya, tapi usahanya gagal.

Perjuangan cinta Sobari merebut hati Marleena menginspirasi siswi lain bernama Izmi, untuk memperbaiki hidupnya dan membuatnya merasa dia bukan satu satunya orang yang malang di dunia.

Suatu hari setelah Sabari menjadi pegawai di perusahaan batako milik ayah Marleena, Markoni, nasib berkata lain kepada Sobari. Akhinya, Sobari menikah dengan Marleena (yang hamil diluar nikah dengan lelaki lain) yang menyebabkan sahabat sahabatnya menjadi iri. Namun pernikahan ini adalah pernikahan tanpa cinta yang menyebabkan Marleena meninggalkan Sobari dengan anaknya (Zorro) yang masih bayi untuk pergi dari kampungnya dan menikah dengan lelaki lain. Sabari pun diceraikan Lena dan walaupun begitu, Sabari dengan tulus merawat Zorro dengan senang hati dan kasih sayang. Namun hidup Sabari berubah menjadi tragis dan begitu berputus asa ketika Marleena mengambil Zorro secara paksa di taman kota. Warungnya tak terurus, dan dengan harga murah, kambing kambingnya dilegonya. Partikelir, itulah situasi Sabari sekarang.
Adapun Marlena bercerai dari suami keduanya dan menikah kembali kembali dengan Dr.Manikam, duda PNS beranak perempuan 2 orang dan juga bersama Zorro dan tinggal di Bengkulu. Tapi ternyata Lena cepat bosan dengan Manikam dan akhirnya bercerai dan menikah kembali dengan seorang pemain band, JonPijareli. Adapun di tengah petualangan cintanya, Marlena rajin mengirim kabar kepada temannya, Zuraida.

Ukun dan Tamat yang melihat keadaan Sobari bagaikan orang gila setelah ditinggal Zorro 8 tahun kemudian, mendatangi Zuraida, untuk menanyakan keadaan Marlena dengan tekad bahwa mereka akan membawa pulang Zorro karena tak tega melihat Sobari menjadi setengah gila.

Bagi para pembaca yang terbiasa mengikuti alur cerita yang mengalir teratur, mungkin akan bingung mengikuti alur cerita Andre yang maju mundur. Inilah yang saya lihat sebagai kelemahan novel ini sehingga pembaca harus mencermati kurun waktu  yang sedang terjadi dalam cerita

Kelebihannya adalah walau tokoh berganti namun kesegaran cerita dan gaya bahasa yang menghibur tetap dihadirkan oleh Andre Hirata 

Satu pesan yang saya tangkap adalah janganlah berputus asa dalam menghadapi rintangan hidup dan terus berjuang dalam meraih mimpi.


======================selesai============================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar